Homeschooling Mana yang Bagus? Artikel by Ellen Kristi - 28 May 202012 June 20200 Post Views: 131 Sebagian keluarga yang tidak puas pada layanan sekolah mulai terpikir untuk homeschooling. Apalagi di masa pandemi COVID-19 ini, ketika sekolah tutup dan siswa dirumahkan. “Sama-sama nggak sekolah, mending homeschooling sekalian!” Tapi, karena belum terlalu paham apa itu homeschooling, para orangtua ini bingung. Sebagai awam, mereka tahunya homeschooling itu artinya mendaftarkan anak ke lembaga berlabel homeschooling. Jadilah mereka tanya ke sana kemari cari rekomendasi, terutama dari praktisi. Alhasil, keluarga homeschooler sering sekali ditanyai, “Jadi, homeschooling mana yang bagus?” (Maksudnya: aku harus mendaftarkan anakku ke lembaga mana?) Terus terang, keluarga homeschooler kalau ditanyai seperti itu ikut bingung juga. Beda persepsinya terlalu jauh antara penanya dan kami yang ditanyai. Mau jawab singkat nanti semakin bingung orangnya, mau jawab panjang sering tak keburu. Untuk memudahkan kedua belah pihak, artikel ini ditulis. Semoga bisa membantu. *** Kalau keluarga anda betul-betul berniat jadi homeschooler, dalam arti sebenarnya, maka TIDAK ADA lembaga homeschooling yang bagus buat anda. Kok bisa dibilang tidak ada yang bagus? Soalnya, begitu suatu lembaga melabeli diri sebagai Homeschooling “X” – itu jelas-jelas menunjukkan si pendiri lembaga bahkan tidak paham arti istilah homeschooling. Di Indonesia, pemakaian istilah homeschooling ini seperti latah. Gara-gara melihat ada lembaga di sono yang pakai nama Homeschooling A, pebisnis pendidikan lain lalu ikut-ikutan mendirikan Homeschooling B. Nanti pebisnis lain melirik dan meniru, bikin Homeschooling C. Dst. Padahal homeschooling itu apa? Para pemilik lembaga itu hampir pasti tidak pernah membaca sejarah munculnya homeschooling. Kalau sudah baca, mereka pasti malu pakai istilah homeschooling untuk nama lembaga, melenceng amat dari esensinya. Homeschooling itu dulu muncul justru untuk melepaskan keluarga dari kendali lembaga. Keluarga memilih jadi homeschooler supaya bebas merdeka menentukan tujuan dan gaya belajar sendiri. Lah ini kok malah ada lembaga yang mengaku-ngaku sebagai homeschooling! Kalau mau homeschooling disuruh mendaftar ke lembaga? Ironis sekali, bukan? Lantas muncul aneka iklan lucu-lucu dari lembaga homeschooling: “Homeschooling A handal, berijazah internasional!” “Homeschooling B bagus, memakai kurikulum religius!” “Homeschooling C berkelas, khusus untuk penyandang disabilitas!” “Homeschooling D ternama, dilengkapi asrama!” “Homeschooling E keren, pendidikan ala pesantren!” dlsb. Homeschooling menerima siswa baru? Homeschooling berasrama? Homeschooling ala pesantren? Homeschooling pasang tarif sekian-sekian? Kalau untuk pemahaman paling dasar tentang apa itu homeschooling saja sudah kacau, bagaimana anda bisa berharap lembaga itu bisa membantu anda jadi homeschooler? *** Namun lain lagi ceritanya kalau di balik pertanyaan, “Homeschooling mana yang bagus?” itu yang anda cari sebetulnya skema pendidikan alternatif. Yang bukan sekolah formal, tapi juga bukan yang lepas mandiri sama sekali dari lembaga. Dengan kata lain, sebetulnya anda tidak betul-betul ingin homeschooling, niat anda bukan untuk jadi homeschooler. Hanya saja anda tidak tahu istilah yang tepat. (Dan itu pun tidak masalah lho! Kan tiap keluarga kebutuhannya beda-beda. Memang tidak semua keluarga cocok jadi homeschooler.) Kalau iya demikian, penting sekali merumuskan baik-baik: Sebetulnya kebutuhan keluarga dan anak-anak anda itu apa? Apakah anda butuhnya lembaga penyedia jasa belajar jarak jauh (distance learning)? Atau lembaga penyedia jasa terapi anak berkebutuhan khusus (ABK)? Atau lembaga penyedia jasa bimbingan masuk perguruan tinggi negeri (bimbel)? Atau lembaga penyedia jasa ujian kesetaraan (SKB atau PKBM)? Anda yang paling tahu kebutuhan anda. Duduklah yang tenang, pikirkan baik-baik. Diskusikan dengan pasangan dan anak. Kalau sudah tahu persis kebutuhannya, anda tinggal survei dan pilih mana lembaga yang cocok untuk memenuhi kebutuhan itu. Tapi sebaiknya jangan tanya “Homeschooling mana yang bagus?” Nanti anda malah tersesat. *** Oh ya, kalau yang anda butuhkan ternyata adalah layanan pendidikan kesetaraan dan ujian Paket A-B-C, ini infonya: Di tiap kota atau kabupaten pasti ada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Dua lembaga inilah yang punya wewenang menyelenggarakan pendidikan dan ujian kesetaraan. Kemendikbud sudah membuat inventori nama dan alamat SKB/PKBM se-Indonesia. Klik tautan itu dan tinggal cari-cari saja mana yang paling dekat dengan domisili. Survei juga mana yang biayanya sesuai dengan tebal-tipis kantong anda. Kalau butuhnya ijazah kesetaraan, ada banyak SKB/PKBM yang bisa dipilih. Tidak harus yang berlabel homeschooling, apalagi yang mahal. *** Intinya, bedakan homeschooling dalam arti sebenarnya dan istilah “homeschooling” yang dijadikan merek dagang (branding) bisnis pendidikan. Dulu pernah ada yang berseloroh, orang Indonesia ini memang sukanya yang berbau kebarat-baratan. Es teh harga 2000, begitu diganti nama jadi iced tea harganya berubah jadi 10 ribu. Rujak harganya 5000, tapi kalau diubah jadi Indonesian fruit salad harganya jadi 25 ribu. Begitu juga kalau lembaga dikasih nama “PKBM”, orang pada malas mendaftar, menganggapnya tidak bergengsi. Begitu lembaga pasang label “Homeschooling”, langsung citranya jadi keren, biayanya melangit. Padahal hakikatnya sama saja, tetap lembaga pendidikan nonformal. Malah menurut kawan lain, memakai nama homeschooling jadi label lembaga itu lebih parah daripada mengubah “es teh” jadi iced tea. Kalau beli iced tea, kan dapatnya tetap es teh? Tapi kalau anda bayar lembaga homeschooling, anak anda tetap menjalani pendidikan berbasis lembaga, bukan pendidikan berbasis keluarga. Serasa beli iced tea dapatnya kopi. *** To the point-nya begini: Kalau anda masih butuh ada lembaga yang bantu mengaturkan program pendidikan anak-anak, menyiapkan kurikulum, menatakan jadwal belajar, menyediakan guru yang rutin membimbing, dst. – pahamilah bahwa homeschooling bukan solusi yang Anda cari. Hakikat homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga, bukan lembaga. Ayah-ibu mengelola pendidikan anak mereka sendiri, bukan mengurusi anak orang lain. Keluarga homeschooler tidak pernah pasang plang. Keluarga homeschooler tidak pernah beriklan. Keluarga homeschooler tidak pernah “menerima murid baru”. Keluarga homeschooler tidak pernah memasang tarif sekian-sekian untuk mendidik anak orang lain. To the point lagi nih ya: Pindah dari sekolah ke lembaga berlabel homeschooling hakikatnya ya itu: cuma pindah dari lembaga satu ke lembaga lain. Selama kendali proses belajar ada di tangan lembaga, bukan keluarga, yang anak anda jalani tetap bukan homeschooling. Flexi schooling, mungkin. Atau online schooling. Tapi bukan homeschooling. Anda butuh jasa lembaga pendidikan alternatif? Ya cari saja lembaga mana yang cocok. Tapi tetap sebaiknya jangan yang berlabel homeschooling. Jangan sampai beli iced tea dapatnya kopi. === Foto: Kulp & Elliott Share it:822 822Shares 822Shares822