Anda di sini
Beranda > Berita > Awali 2020, PHI Safari Media ke Jawa Pos Grup

Awali 2020, PHI Safari Media ke Jawa Pos Grup

 

Surabaya, phi.or.id – Perkumpulan Homeschooler Indonesia (PHI) memulai kegiatan di awal 2020 ini dengan melakukan silaturahmi ke kantor pusat Jawa Pos Grup. Tim PHI diterima oleh perwakilan pimpinan redaksi Jawa Pos pada hari Senin (7/1) lalu di kompleks Graha Pena, Jl. Ahmad Yani, Ketintang Gayungan, Surabaya.

Pimpinan redaksi Jawa Pos Grup diwakili oleh Anda Marzudinta dan Fahmi menyambut PHI dan dengan penuh perhatian menyimak serta bertanya jawab dengan Koordinator Nasional PHI Ellen Nugroho, anggota Tim Inti PHI Lyly Freshty dan Idaul Hasanah, koordinator simpul (korsim) PHI dari Sidoarjo Sandra Mungliandi, korsim kabupaten Malang Maria Kristianti, korsim kota Malang Happy Budi Febriasih, korsim kabupaten Pasuruan Marhamah, korsim kabupaten Probolinggo Rina Kurniawati, korsim kota Madiun Noveta Cory, dan korsim kabupaten Mojokerto Najiatus Saadiyah, serta beberapa anak homeschooler.

Setelah acara dibuka, Ellen lebih dulu memaparkan tujuan silaturahmi. “Saat ini, istilah homeschooling sudah makin populer di masyarakat, tapi pemahamannya sering tidak tepat. Masyarakat masih sering mengira homeschooling itu artinya mendaftarkan anak ke lembaga berlabel homeschooling, padahal homeschooling yang sebetulnya tidak berlembaga, tapi orangtua mengelola pendidikan anak-anaknya sendiri.”

Kesalahpahaman ini, lanjut Ellen, menyebar juga ke kalangan awak media. Dampaknya, muncul pemberitaan yang makin menguatkan salah kaprah pengertian di masyarakat. “Akan baik sekali kalau media menghubungi langsung keluarga-keluarga praktisi atau organisasi keluarga homeschooler sebagai informan yang bisa diandalkan, sehingga berita yang ditulis akan tepat,” tutur ibu tiga anak homeschooler ini.

Dengan informasi yang tepat tentang homeschooling, masyarakat akan terbuka pemahamannya bahwa opsi pendidikan bukan hanya sekolah formal. “Kami homeschooler bukan lawan dari sekolah formal. Tidak semua keluarga harus dan bisa homeschooling. Sebaliknya, masyarakat juga perlu tahu bahwa kalau anaknya tidak cocok dengan jalur pendidikan formal, mereka punya pilihan untuk tidak sekolah. Yang penting adalah semua anak Indonesia mendapat pendidikan terbaik.”

Anda menanyakan berbagai hal tentang homeschooling, seperti keseharian anak homeschooling seperti apa, adakah masalah dengan sosialisasinya, bagaimana anak homeschooler bisa mendapatkan ijazah. Sebagian pertanyaan Anda dijawab langsung oleh dua anak homeschooler, Vimala Sakanirvana (13) dan Gandhi Aksayadhama (10).

“Di antara semua pelajaranmu itu mana yang paling kamu sukai?” tanya Anda setelah Vimala menceritakan kesibukannya sehari-hari dan jadwal belajarnya.

“Tidak ada yang tidak disukai sih,” jawab Vimala, disambut tawa dari audiens. “Semua les itu pilihan saya sendiri, jadi semuanya saya sukai,” lanjut remaja yang bercita-cita jadi komikus itu.

Idaul Hasanah, salah satu pendiri PHI yang berdomisili di Malang, bercerita kepada Anda tentang anak-anak homeschooler-nya yang sudah remaja. “Anak saya yang pertama usia 16 tahun saat ini menekuni bidang desain dan sudah mulai magang. Anak kedua saya tertarik menjadi akademisi dan sedang mempersiapkan diri untuk kuliah, dia suka menulis dan beberapa karyanya sudah diterbitkan oleh penerbit arus utama.”

Sandra dari Sidoarjo bercerita bahwa anak homeschooler sama seperti anak lainnya, masing-masing punya karakteristik yang berbeda-beda. “Anak pertama saya orangnya pendiam, anak kedua saya sangat suka bergaul. Kalau ke pasar, dia kenal penjual-penjualnya. Jadi anak homeschooler mampu bersosialisasi dengan baik, malah lebih baik dibanding saya, ibunya,” seloroh Sandra.

Acara ditutup dengan foto bersama. Seusai acara, perbincangan masih berlanjut. Pihak Jawa Pos berjanji untuk melakukan komunikasi lebih lanjut dengan PHI apabila mereka ingin menulis berita tentang isu homeschooling.

Leave a Reply

Top